![]() |
Marco tampan bersama putra bungsunya |
Dalam sebuah keluarga, sosok ayah biasanya tampak tenang dan kurang menunjukkan emosi saat mengekspresikan kasih sayang. Meski demikian, di balik sikap yang tegas dan kalem, terdapat cinta yang mendalam—terutama untuk anak-anaknya. Salah satu hubungan yang menarik perhatian adalah antara ayah dan si bungsu, anak terakhir dalam keluarga.
Si bungsu sering kali memperoleh perhatian ekstra karena posisinya sebagai anak terakhir. Mereka biasanya dibesarkan dalam suasana yang lebih santai dibandingkan dengan kakak-kakaknya, karena orang tua telah memiliki pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak. Ayah, yang mungkin dulunya sangat sibuk bekerja saat anak pertamanya lahir, kini dapat meluangkan lebih banyak waktu berkualitas dengan si bungsu.
Ayah menganggap si bungsu sebagai "penutup yang manis" dalam perjalanan membesarkan anak. Terdapat keinginan untuk memaksimalkan setiap momen bersama si bungsu, sebab ini barangkali kesempatan terakhir baginya untuk mengalami masa-masa mendampingi anak dari usia kecil hingga remaja.
Berbeda dengan ibu yang umumnya menunjukkan kasih sayang lewat pelukan dan kata-kata lembut, ayah cenderung mengekspresikan perasaannya melalui tindakan. Ayah mungkin tidak mengucapkan "aku sayang kamu" setiap hari, tetapi mengekspresikan cintanya dalam cara yang sederhana: mengantar si bungsu ke sekolah, memperbaiki mainan, mengajaknya bersepeda, atau hanya duduk bersamanya sambil menonton kartun kesukaan.
Bagi ayah, cinta terwujud dalam bentuk tanggung jawab. Ia ingin memastikan bahwa si bungsu tumbuh menjadi individu yang kuat, mandiri, dan menyadari adanya sosok yang selalu melindunginya tanpa pamrih.
Ketika si bungsu bertambah usia, hubungan mereka pun berevolusi. Dari aktifitas bermain bersama, muncul kesempatan untuk bertukar pikiran, berbagi cerita, dan membahas hal-hal yang lebih serius mengenai masa depan. Si bungsu sering menjadi teman terakhir yang diandalkan ayah di rumah ketika kakak-kakaknya sudah mulai mandiri.
Banyak momen sederhana yang menjadi kenangan berarti: perjalanan ke warung, obrolan santai di teras pada malam hari, atau tawa akibat hal-hal sepele. Semua kenangan itu membangun ikatan emosional yang kuat antara ayah dan si bungsu.
Meskipun waktu terus berjalan dan si bungsu pada akhirnya akan tumbuh dewasa serta menjalani kehidupannya sendiri, kasih sayang ayah tidak akan pernah menghilang. Cinta itu akan selalu ada dalam doa-doa diam yang dipanjatkan setiap malam, dalam nasihat yang tersimpan rapi di hati si bungsu, dan dalam kenangan yang akan terus hidup di pikirannya.
Ekspresi kasih ayah mungkin tidak selalu tampak, tetapi dia nyata, kuat, dan tak tergantikan—terutama bagi si bungsu, yang mendapatkan bagian istimewa dari cinta sang ayah.